Dalam ruang kelas yang kaya literasi, seorang guru mengajak siswanya untuk menepi dari gegas gempita akademik, yang mungkin terasa melelahkan, untuk dapat menemukan makna dan menumbuhkan diri dalam proses pembelajaran. Upaya ini dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk bersama-sama mengunyah materi pembelajaran dengan sangat lumat sehingga tercerna dengan sempurna dan menjadi asupan yang menyehatkan. Dalam proses mencerna ini guru dan siswa mengalokasikan cukup waktu untuk berpikir tentang suatu topik secara mendalam, meningkatkan daya kritis dan reflektif, lalu bertukar pikiran dan berbagi secara artikulatif. Disinilah perangkat dan pemaknaan akan Kurikulum Merdeka Belajar menjadi eksis. Narasi pendek dalam buku ini setidaknya menjadi pijakan awal dalam menyelami esensi Kurikulum Merdeka Belajar. Namun, kurikulum tidak akan menjelma menjadi panduan yang hebat manakala aktor utamanya tidak memaknainya dengan dalam, ia adalah guru, mastermind dari proses belajar mengajar.