Di tengah hiruk pikuk perubahan yang masih terasa canggung, dunia mengalami Pandemi Covid-19 yang membuat situasi menjadi lebih dramatik. Dalam laporan tahunannya, PBB menyebutkan banyaknya dampak buruk dibawa dan tekanan berat pada bidang pendidikan akibat pandemi. Sejak terjadinya bencana tersebut, untuk menahan laju penyebaran virus Covid-19, hampir seluruh institusi pendidikan di berbagai negara secara masal menutup ruang kelas dan menggantinya dengan aktivitas belajar secara daring. UNESCO mencatat lebih dari 1,6 miliar pembelajar dan 100 juta guru dan personel sekolah di lebih dari 190 negara terpaksa mengubah cara kerjanya yang konvensional ke mode pembelajaran jarak jauh dengan moda daring berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK)(Cheshmehzangi, 2021). Perubahan drastis ini mengungkap kegagapan teknologi (gaptek) dan lemahnya metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dikuasai para pendidik dan pembelajar sendiri dalam melaksanakan pembelajaran daring, sebagai akibat dari kurangnya penguasaan literasi teknologi dan autonomi pembelajaran.